ADIK PRABOWO MENYERANG GANJAR SECARA PERSONAL, APA SUDAH KEHABISAN CARA KAMPANYE POSITIF?
Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto belum lama ini menyentil Ganjar Pranowo, sang bakal capres yang diusung PDI Perjuangan. Dia menyoroti dua hal yang tampaknya dianggap sebagai suatu aib bagi negeri ini kalau sampai memilih Ganjar Pranowo sebagai RI-1.
Pertama, soal "kesukaan" Ganjar menonton film porno (bokep), yang rasanya dikesankan terlalu berlebihan oleh adik Prabowo itu. Seolah-olah Ganjar setiap hari kerjaannya menonton blue film, bahkan nggak fokus kerja demi memuaskan syahwat akan film dewasa itu.
Apakah Ganjar seperti itu? Jika dicermati pengakuan dalam podcast bersama Dedy Corbuzier, bisa dibilang kesimpulan Hashim terlalu sok tahu. Kata "suka" itu belum tentu sering atau setiap hari melakukan hal yang disukai. Makna kata "suka" tergantung konteks enggunaan.
Orang yang suka menonton film porno bisa berarti dia menyukai momen saat menonton, yang bagi sebagian orang bisa digunakan sebagai cara untuk mencari inspirasi atau menghangatkan relasi dengan pasangan. Meski bagi sebagian orang lainnya, cara ini tidak disarankan.
Tapi, lelaki suci seperti apa yang hari ini tidak pernah menonton bokep? Apakah Prabowo dan Anies, dalam konteks pesaing Ganjar dalam tiga nama tokoh teratas dalam survei elektabilitas, sama sekali tidak pernah menonton tubuh-tubuh aduhai seorang wanita, lalu tergerak syahwatnya?
Kalau misalnya ada lelaki mengaku sama sekali tidak suka, justru itu bahaya karena bisa jadi ada ketidaknormalan di sana. Kan menonton begituan nggak harus dalam bentuk film kan? Melototin story Instagram, reels, video singkat di Facebook atau YouTube, juga sama saja esensinya!
Hal kedua, katanya Ganjar nggak suka sepak bola. Ah, ini sih cuma frame bernada fitnah sekaligus melebih-lebihkan, sekaligus salah tafsir terhadap penolakan Ganjar atas tim Israel U-20. Penolakan itu sama sekali tidak mengisyaratkan Ganjar tidak suka atau membenci sepak bola.
Lihat saja kemarin saat Ganjar, sebagai Gubernur Jateng, mengundang beberapa pemain asal Jateng, yang baru saja meraih emas di Sea Games Kamboja, lalu mengobrol seru dengan mereka. Ingat pula bagaimana Hokky Caraka ditemui Ganjar, usai ribut-ribut batalnya PD U-20, yang kalau ditonton dengan hati dan pikiran yang waras, kita bisa tahu bahwa **seorang Ganjar juga menggemari sepak bola, selayaknya orang dewasa yang menggemari olah raga ini sejak kecil, karena sepak bola bisa dibilang adalah "olahraga rakyat" di negeri ini.
Mungkin malah jangan-jangan Pak Hashim ini nggak suka sepak bola atau mulai tertarik karena ada unsur politik jelang Pilpres, dengan harapan bisa memberi dampak suara pada sang kakak tercinta, Prabowo Subianto. Entahlah!
Saya sih sempat berharap agar jiwa ksatria Kakak Prabowo kali ini bisa terusik, lalu menyatakan dengan tegas bahwa kontestasi Pilpres 2024 jangan sampai diwarnai black campaign atau kampanye yang menyerang wilayah pribadi. Bukankah kubu Kakak Prabowo juga nggak mau kalau lawan politiknya menyinggung soal pernikahannya dengan anak Soeharto sebagai materi kampanye, bukan?
Jangan-jangan kubu Prabowo, diwakili oleh sang adik, sudah kehabisan materi kampanye positif, sampai mulai menyerang dengan materi kampanye receh kayak begitu. Malu dong sama pengalaman Kakak Prabowo Nyapres tiga kali kalah, tapi cara yang dipakai adiknya masih begitu.
Namun, melihat rekam jejak Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019 silam, saya kok meragukan Prabowo dan timsesnya bisa tegas dan konsisten mengabulkan harapan saya itu. Apalagi sampai hari ini, baru Ganjar Pranowo yang tegas menyatakan agar kader PDI Perjuangan dan pendukungnya tidak menggunakan cara-cara yang kampungan demi memenangkan Pilpres, antara lain dengan tidak membully, juga menjauhkan hoaks dan fitnah. Bagaimana menurut Anda?
Comments
Post a Comment