EVOLUSI PRABOWO, DULU GARANG SEKARANG PENDIAM ???
Sebelum fantasi para Kulikers melanglang buana, saya mau disclaimer dulu. Evolusi Prabowo jangan diartikan, bahwa Prabowo dulunya adalah sejenis primata purba, yang pelan-pelan mulai menemukan kecerdasannya.
Suka atau tidak suka, kita baru ngeh bahwa Prabowo yang kini, terkesan sangat berbeda dengan yang dulu. Yes, sejak masuk dalam pemerintahan. Prabowo menjadi jauh lebih pendiam, Gerindra juga. Menyisakan Fadli Zon, yang rajin berkomentar nyinyir pada pemerintahan Jokowi. Belakangan, ajaibnya, Fadli Zon jadi cukup pendiam. Dan tiba-tiba ramai diperbincangkan netijen, karena bentuk fisiknya yang jauh lebih langsing, tidak menyerupai ikan buntal lagi.
Dalam pelbagai wawancara, termasuk penampilannya kemarin di Rakernas Apeksi, Prabowo sudah sangat berkurang daya ledaknya. Maksud saya, nggak meledak-ledak lagi. Nggak lagi nggebrak-nggebrak podium, nggak lagi ngelempar hape. Sampai ada pengamat yang ngomong, bahwa Prabowo gayanya sekarang mirip Jokowi. Yo sak karep.
Satu hal lain yang dilakukan Prabowo adalah rekonsiliasi kepada beberapa purnawirawan. Ngunjungi mereka-mereka yang dulunya berseberangan sikap. Boleh saja kita beranggapan bahwa hadirnya Prabowo, dalam beberapa acara purnawiran karena kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan.
Tapi saya yakin, kunjungan Prabowo kepada beberapa “sesepuh TNI” seperti Try Sutrisno, Hendropriyono, Agum Gumelar hingga Wiranto bukanlah kunjungan sosial semata. Kita tahu, beberapa diantara mantan Jendral itu, cukup sering menyampaikan opini-opini negatif yang ditujukan kepada Prabowo.
Kesediaan Prabowo untuk “membuang egonya” dan mendatangi tokoh-tokoh ini di rumahnya, jelas bukan sesuatu yang sembarangan. Terlebih, kunjungan itu “cukup luput” dari perhatian media. Mungkin sebagian Kulikers juga baru tahu saat membaca artikel ini.
Dalam pelbagai kesempatan, Prabowo beberapa kali memuji Pak Dhe, bahkan menyatakan, bahwa dirinya sangat banyak belajar dari Jokowi. Pertanda baik, sebuah perubahan? Tunggu dulu.
Perubahan dan pergeseran dukungan itu biasa-biasa saja. Kita bisa saksikan Hasan Nasbi, yang dulunya adalah konsultan Teman Ahok dan tentunya adalah pendukung Jokowi, sekarang terlihat condong ke Prabowo Subianto. Ada juga Budi Arie, yang punya ormas pendukung Jokowi terbesar, beberapa kali memberikan pernyataan tersirat, bahwa Projo akan mendukung Prabowo. Walau belakangan, setelah diangkat jadi Menteri, keliatannya terjadi perubahan sikap.
Yang ikut ramai dibicarakan adalah Budiman Sudjatmiko, tokoh pergerakan jaman Soeharto sekaligus salah satu orang paling terkenal di PDIP, tiba-tiba menemui Prabowo. Berbagai spekulasi muncul. Ada yang ngomong kalau Budiman adalah utusan PDIP untuk membujuk Prabowo. Ada yang berspekulasi kalau dia perlu dana untuk proyeknya ambisius, Bukit Algoritma. Hingga ada menduga bahwa Prabowo berencana untuk “mempersunting” Budiman menjadi Cawapresnya. Article
Evolusi Prabowo kali ini, memang hebat. Dia bisa menahan diri begitu lama. Kita tidak pernah dengar lagi Prabowo tantrum. Tidak ada lagi, slentingan pelemparan hape. Tidak ada adegan gebrak-gebrak panggung. Mereka juga no comment dengan tuduhan mark up masalah pembelian pesawat tempur bekas, yang angkanya fantastis itu. Gilanya, banyak pendukungnya juga terkesan slow aja dengan semua hujah dan caci maki yang berkeliaran di dunia maya.
Yang tampil adalah Prabowo yang santun, yang setia, yang manut pada “atasannya”. Prabowo yang siap untuk nyemplung ke sawah, Prabowo yang nurut saat disuruh nanam singkong, Prabowo yang selalu memberi hormat saat ketemu Presiden Jokowi. Apakah ini sungguh-sungguh? Dalam laut bisa diduga, dalam hati siapa tahu.
Saya sih sudah cukup capek dengan polarisasi yang ada di Indonesia, walau menurut ramalan, tensi 2024 nggak akan setinggi 2019. Saya menganggap, bahwa dunia politik, apalagi pilpres-pilpresan, bukan persoalan hidup dan mati. Apalagi masalah sorga dan neraka. Jauuuuuuhhhhh………
Saya sih cuman pingin, kamu mau pilih siapa dan dengan alasan apa, ya terserah kamu. Menganjurkan boleh, mendukung silakan, berkampanye sah-sah saja. Tapi memaki, merendahkan, membully mereka yang beda pilihan, ya tolol aja.
Comments
Post a Comment